04 Okt
Market Hari ini
Indeks Harga Saham Gabungan pada perdagangan Kamis 3 Oktober 2019 ditutup melemah 0,28% pada level 6038. Sektor keuangan mengalami koreksi terbesar. Investor asing net sell Rp792,39 miliar. Indeks di bursa Wall Street ditutup menguat yang dipicu oleh meningkatnya ekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunganya lagi pada pertemuan bulan ini, setelah data indeks ISM sektor jasa menunjukkan pelemahan pada level terendah selama tiga tahun terakhir. Pada awalnya indeks melemah setelah dirilisnya indeks ISM sektor jasa bulan September pada level 52,6, yang merupakan level terendah sejak Agustus 2016. Data initial claims pekan lalu kembali mengalami kenaikan dan data factory orders mengalami penurunan. Data tersebut menambah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi AS, setelah sebelumnya pada pekan ini dirilis data indeks ISM sektor manufaktur dan data ADP Employment yang mengalami pelemahan. Indeks berbalik menguat setelah probabilitas penurunan suku bunga The Fed pada bulan ini menjadi meningkat dari 40% menjadi 90%. Pasar mengharapkan akan ada penurunan suku bunga The Fed sebanyak dua kali lagi pada tahun ini, yaitu pertemuan pada Oktober dan Desember. Pasar akan menantikan data nonfarm payrolls nanti malam. Untuk Indeks Harga Saham Gabungan diperkirakan bergerak mixed. IHSG bergerak pada kisaran level 5980 - 6120
News & Analysis
APLN Percepat Pelunasan Obligasi Senilai Total Rp566,87 Miliar
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) mengeluarkan dana senilai total Rp566,87 miliar untuk mempercepat pelunasan pokok dan kupon dua obligasi perseroan. Pembayaran itu dilakukan pada 3 Oktober 2019. Obligasi yang dipercepat pelunasannya terdiri atas Obligasi Berkelanjutan I Tahap III Tahun 2014 dengan nilai pokok Rp451 miliar, bunga gross Rp2,19 miliar, dan insentif Rp11,9 miliar, serta Obligasi Berkelanjutan I Tahap IV Tahun 2015 dengan nilai pokok Rp99 miliar, bunga gross Rp247,5 juta, dan insentif Rp2,53 miliar. Percepatan pelunasan dengan ditambah insentif itu telah mendapat persetujuan RUPO pada pekan lalu.
PTPP Revisi Turun Target Kontrak Baru Menjadi Rp45 Triliun
PT PP (Persero) Tbk (PTPP) merevisi sejumlah target pada tahun ini karena beberapa tender proyek mengalami penundaan. Pada awalnya perseroan menargetkan raihan nilai kontrak baru senilai Rp50,3 triliun pada akhir 2019. Namun, melihat tender beberapa proyek pemerintah dan swasta ditunda dan kemungkinan baru dilaksanakan tahun depan, perseroan merevisi nilai kontrak baru menjadi Rp45 triliun. Untuk target pendapatan dan laba masih dalam proses perhitungan. Untuk mencapai target nilai kontrak baru yang telah direvisi, perseroan memiliki beberapa proyek yang sudah didapat tetapi belum dimasukkan sebagai kontrak baru.
Pengangkutan Batubara UNTR Terkendala Kemarau
Kendala logistik berisiko mengganggu pengangkutan batu bara yang diproduksi PT United Tractors Tbk (UNTR) dan menekan volume penjualan pada September 2019. Perseroan menghadapi kesulitan pengiriman batu bara pada Agustus hingga September 2019 akibat kemarau. Kendala tersebut dapat memengaruhi volume penjualan batu bara perseroan yang diproduksi oleh anak usaha, PT Tuah Turangga Agung (TTA). Berdasarkan laporan operasional bulanan UNTR per Agustus 2019, terjadi penurunan penjualan volume batu bara yang drastis dalam 2 bulan terakhir.
GIAA Masih Membuka Peluang Akuisisi Saham Sriwijaya
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) masih membuka peluang untuk mengakuisisi saham PT Sriwijaya Air. Perseroan masih membuka peluang kepada Sriwijaya Air untuk menawarkan pelunasan utang melalui penjualan sahamnya. Opsi untuk mengakuisisi kepemilikan Sriwijaya Air telah lama muncul sejak kerja sama manajemen (KSM) dilakukan kedua belah pihak pada November 2018. Namun, hingga saat ini, belum ada pendekatan lebih lanjut dari pihak Sriwijaya Air. Setelah perseroan melakukan kesepakatan untuk melanjutkan kembali KSM, saat ini perseroan masih fokus untuk membahas tataran operasionalnya.
Volume Penjualan BUMI Berpotensi Melampaui Target
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berpotensi membukukan volume penjualan baru bara di atas target 87 juta hingga 90 juta ton pada 2019. Volume tersebut direncanakan berasal dari PT Kaltim Prima Coal (KPC) 60 juta ton dan PT Arutmin Indonesia (AI) 28 juta ton hingga 30 juta ton. Namun, pada September 2019, volume penjualan batu bara perseroan tercatat sebesar 7,8 juta ton. Jumlah tersebut melampaui target penjualan bulanan perseroan. Volume penjualan BUMI berpotensi lebih besar dari yang ditargetkan perseroan. Pada tahun lalu, BUMI membukukan penjualan batu bara sebanyak 80,3 juta ton. Dengan kondisi saat ini, perseroan dapat meningkatkan volume penjualan mencapai 18,3% atau mencapai 94,99 juta ton.
Kontrak Baru SSIA Mencapai Rp1,7 Triliun Atau 56,6% Dari Target
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) tengah berupaya mencari kontrak baru untuk proyek konstruksi yang ditargetkan mencapai Rp3 triliun pada 2019. Pada tahun ini perseroan menargetkan segmen kontruksi dapat meraih kontrak baru sebesar Rp3 triliun dengan kontribusi pendapatan sebesar Rp2,7 triliun. Saat ini realisasi kontrak baru mencapai Rp1,7 triliun atau 56,66% dari target yang ditetapkan. Pendapatan segmen konstruksi pada semester I/2019 baru menyentuh Rp1,31 triliun atau 48,51% dari target sampai akhir tahun
Stock Pick
TLKM
Pada perdagangan kemarin saham TLKM ditutup menguat pada level harga 4200. TLKM selanjutnya diperkirakan akan bergerak di kisaran 4140-4250.
Rekomendasi Sell on Strength jika tidak menembus level resisten pada 4260
BBNI
Pada perdagangan kemarin saham BBNI ditutup menguat dilevel harga 6900. BBNI selanjutnya diperkirakan akan bergerak di kisaran 6800-6975.
Rekomendasi Sell on Strength jika tidak menembus level resisten pada 7000
SMRA
Pada perdagangan kemarin saham SMRA ditutup menguat pada level 1145. SMRA selanjutnya diperkirakan akan bergerak di kisaran 1130-1160
Rekomendasi Sell on Strength jika tidak menembus level resisten pada 1165
WSKT
Pada perdagangan kemarin saham WSKT ditutup menguat pada level harga 1575. WSKT selanjutnya diperkirakan akan bergerak di kisaran 1550-1595.
Rekomendasi Sell on Strength jika tidak menembus level resisten pada 1600
PTPP
Pada perdagangan kemarin saham PTPP ditutup menguat pada level harga 1720. PTPP selanjutnya diperkirakan akan bergerak di kisaran 1700-1740
Rekomendasi Sell on Strength jika tidak menembus level resisten pada 1750
SCMA
Pada perdagangan kemarin saham SCMA ditutup menguat pada level harga 1175. SCMA selanjutnya diperkirakan akan bergerak di kisaran 1160-1190.
Rekomendasi Sell on Strength jika tidak menembus level resisten pada 1195
Disclaimer :
This report is prepared strictly for private circulation only to clients of PT Waterfront Sekuritas. It is purposed only to person having professional experience in matters relating to investments. The information contained in this report has been taken from sources which we deem reliable. No warranty (express or implied) is made to the accuracy or completeness of the information. All opinions and estimates included in this report constitute our judgments as of this date, without regards to its fairness, and are subject to change without notice. However, none of PT Waterfront Sekuritas and/or its affiliated companies and/or their respective employees and/or agents makes any representation or warranty (express or implied) or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the accuracy or completeness of the information and opinions contained in this report or as to any information contained in this report or any other such information or opinions remaining unchanged after the issue thereof. We expressly disclaim any responsibility or liability (express or implied), its affiliated companies and their respective employees and agents whatsoever and howsoever arising (including, without limitation for any claims, proceedings, action, suits, losses, expenses, damages or costs) which may be brought against or suffered by any person as a results of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this report and neither PT Waterfront Sekuritas, its affiliated companies or their respective employees or agents accepts liability for any errors, comissions or misstatements, negligent or otherwise, in the report and any liability in respect of the report or any inaccuracy therein or omission there from which might otherwise arise is hereby expresses disclaimed.
This document is not an offer to sell or a solicitation to buy any securities. This firms and its affiliates and their officers and employees may have a position, make markets, act as principal or engage in transaction in securities or related investments of any company mentioned herein, may perform services for or solicit business from any company mentioned herein, and may have acted upon or used any of the recommendations herein before they have been provided to you. © PT Waterfront Sekuritas 2019
Indeks Harga Saham Gabungan pada perdagangan Kamis 3 Oktober 2019 ditutup melemah 0,28% pada level 6038. Sektor keuangan mengalami koreksi terbesar. Investor asing net sell Rp792,39 miliar. Indeks di bursa Wall Street ditutup menguat yang dipicu oleh meningkatnya ekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunganya lagi pada pertemuan bulan ini, setelah data indeks ISM sektor jasa menunjukkan pelemahan pada level terendah selama tiga tahun terakhir. Pada awalnya indeks melemah setelah dirilisnya indeks ISM sektor jasa bulan September pada level 52,6, yang merupakan level terendah sejak Agustus 2016. Data initial claims pekan lalu kembali mengalami kenaikan dan data factory orders mengalami penurunan. Data tersebut menambah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi AS, setelah sebelumnya pada pekan ini dirilis data indeks ISM sektor manufaktur dan data ADP Employment yang mengalami pelemahan. Indeks berbalik menguat setelah probabilitas penurunan suku bunga The Fed pada bulan ini menjadi meningkat dari 40% menjadi 90%. Pasar mengharapkan akan ada penurunan suku bunga The Fed sebanyak dua kali lagi pada tahun ini, yaitu pertemuan pada Oktober dan Desember. Pasar akan menantikan data nonfarm payrolls nanti malam. Untuk Indeks Harga Saham Gabungan diperkirakan bergerak mixed. IHSG bergerak pada kisaran level 5980 - 6120
News & Analysis
APLN Percepat Pelunasan Obligasi Senilai Total Rp566,87 Miliar
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) mengeluarkan dana senilai total Rp566,87 miliar untuk mempercepat pelunasan pokok dan kupon dua obligasi perseroan. Pembayaran itu dilakukan pada 3 Oktober 2019. Obligasi yang dipercepat pelunasannya terdiri atas Obligasi Berkelanjutan I Tahap III Tahun 2014 dengan nilai pokok Rp451 miliar, bunga gross Rp2,19 miliar, dan insentif Rp11,9 miliar, serta Obligasi Berkelanjutan I Tahap IV Tahun 2015 dengan nilai pokok Rp99 miliar, bunga gross Rp247,5 juta, dan insentif Rp2,53 miliar. Percepatan pelunasan dengan ditambah insentif itu telah mendapat persetujuan RUPO pada pekan lalu.
PTPP Revisi Turun Target Kontrak Baru Menjadi Rp45 Triliun
PT PP (Persero) Tbk (PTPP) merevisi sejumlah target pada tahun ini karena beberapa tender proyek mengalami penundaan. Pada awalnya perseroan menargetkan raihan nilai kontrak baru senilai Rp50,3 triliun pada akhir 2019. Namun, melihat tender beberapa proyek pemerintah dan swasta ditunda dan kemungkinan baru dilaksanakan tahun depan, perseroan merevisi nilai kontrak baru menjadi Rp45 triliun. Untuk target pendapatan dan laba masih dalam proses perhitungan. Untuk mencapai target nilai kontrak baru yang telah direvisi, perseroan memiliki beberapa proyek yang sudah didapat tetapi belum dimasukkan sebagai kontrak baru.
Pengangkutan Batubara UNTR Terkendala Kemarau
Kendala logistik berisiko mengganggu pengangkutan batu bara yang diproduksi PT United Tractors Tbk (UNTR) dan menekan volume penjualan pada September 2019. Perseroan menghadapi kesulitan pengiriman batu bara pada Agustus hingga September 2019 akibat kemarau. Kendala tersebut dapat memengaruhi volume penjualan batu bara perseroan yang diproduksi oleh anak usaha, PT Tuah Turangga Agung (TTA). Berdasarkan laporan operasional bulanan UNTR per Agustus 2019, terjadi penurunan penjualan volume batu bara yang drastis dalam 2 bulan terakhir.
GIAA Masih Membuka Peluang Akuisisi Saham Sriwijaya
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) masih membuka peluang untuk mengakuisisi saham PT Sriwijaya Air. Perseroan masih membuka peluang kepada Sriwijaya Air untuk menawarkan pelunasan utang melalui penjualan sahamnya. Opsi untuk mengakuisisi kepemilikan Sriwijaya Air telah lama muncul sejak kerja sama manajemen (KSM) dilakukan kedua belah pihak pada November 2018. Namun, hingga saat ini, belum ada pendekatan lebih lanjut dari pihak Sriwijaya Air. Setelah perseroan melakukan kesepakatan untuk melanjutkan kembali KSM, saat ini perseroan masih fokus untuk membahas tataran operasionalnya.
Volume Penjualan BUMI Berpotensi Melampaui Target
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berpotensi membukukan volume penjualan baru bara di atas target 87 juta hingga 90 juta ton pada 2019. Volume tersebut direncanakan berasal dari PT Kaltim Prima Coal (KPC) 60 juta ton dan PT Arutmin Indonesia (AI) 28 juta ton hingga 30 juta ton. Namun, pada September 2019, volume penjualan batu bara perseroan tercatat sebesar 7,8 juta ton. Jumlah tersebut melampaui target penjualan bulanan perseroan. Volume penjualan BUMI berpotensi lebih besar dari yang ditargetkan perseroan. Pada tahun lalu, BUMI membukukan penjualan batu bara sebanyak 80,3 juta ton. Dengan kondisi saat ini, perseroan dapat meningkatkan volume penjualan mencapai 18,3% atau mencapai 94,99 juta ton.
Kontrak Baru SSIA Mencapai Rp1,7 Triliun Atau 56,6% Dari Target
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) tengah berupaya mencari kontrak baru untuk proyek konstruksi yang ditargetkan mencapai Rp3 triliun pada 2019. Pada tahun ini perseroan menargetkan segmen kontruksi dapat meraih kontrak baru sebesar Rp3 triliun dengan kontribusi pendapatan sebesar Rp2,7 triliun. Saat ini realisasi kontrak baru mencapai Rp1,7 triliun atau 56,66% dari target yang ditetapkan. Pendapatan segmen konstruksi pada semester I/2019 baru menyentuh Rp1,31 triliun atau 48,51% dari target sampai akhir tahun
Stock Pick
TLKM
Pada perdagangan kemarin saham TLKM ditutup menguat pada level harga 4200. TLKM selanjutnya diperkirakan akan bergerak di kisaran 4140-4250.
Rekomendasi Sell on Strength jika tidak menembus level resisten pada 4260
BBNI
Pada perdagangan kemarin saham BBNI ditutup menguat dilevel harga 6900. BBNI selanjutnya diperkirakan akan bergerak di kisaran 6800-6975.
Rekomendasi Sell on Strength jika tidak menembus level resisten pada 7000
SMRA
Pada perdagangan kemarin saham SMRA ditutup menguat pada level 1145. SMRA selanjutnya diperkirakan akan bergerak di kisaran 1130-1160
Rekomendasi Sell on Strength jika tidak menembus level resisten pada 1165
WSKT
Pada perdagangan kemarin saham WSKT ditutup menguat pada level harga 1575. WSKT selanjutnya diperkirakan akan bergerak di kisaran 1550-1595.
Rekomendasi Sell on Strength jika tidak menembus level resisten pada 1600
PTPP
Pada perdagangan kemarin saham PTPP ditutup menguat pada level harga 1720. PTPP selanjutnya diperkirakan akan bergerak di kisaran 1700-1740
Rekomendasi Sell on Strength jika tidak menembus level resisten pada 1750
SCMA
Pada perdagangan kemarin saham SCMA ditutup menguat pada level harga 1175. SCMA selanjutnya diperkirakan akan bergerak di kisaran 1160-1190.
Rekomendasi Sell on Strength jika tidak menembus level resisten pada 1195
Disclaimer :
This report is prepared strictly for private circulation only to clients of PT Waterfront Sekuritas. It is purposed only to person having professional experience in matters relating to investments. The information contained in this report has been taken from sources which we deem reliable. No warranty (express or implied) is made to the accuracy or completeness of the information. All opinions and estimates included in this report constitute our judgments as of this date, without regards to its fairness, and are subject to change without notice. However, none of PT Waterfront Sekuritas and/or its affiliated companies and/or their respective employees and/or agents makes any representation or warranty (express or implied) or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the accuracy or completeness of the information and opinions contained in this report or as to any information contained in this report or any other such information or opinions remaining unchanged after the issue thereof. We expressly disclaim any responsibility or liability (express or implied), its affiliated companies and their respective employees and agents whatsoever and howsoever arising (including, without limitation for any claims, proceedings, action, suits, losses, expenses, damages or costs) which may be brought against or suffered by any person as a results of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this report and neither PT Waterfront Sekuritas, its affiliated companies or their respective employees or agents accepts liability for any errors, comissions or misstatements, negligent or otherwise, in the report and any liability in respect of the report or any inaccuracy therein or omission there from which might otherwise arise is hereby expresses disclaimed.
This document is not an offer to sell or a solicitation to buy any securities. This firms and its affiliates and their officers and employees may have a position, make markets, act as principal or engage in transaction in securities or related investments of any company mentioned herein, may perform services for or solicit business from any company mentioned herein, and may have acted upon or used any of the recommendations herein before they have been provided to you. © PT Waterfront Sekuritas 2019
Published on 2019-10-04 08:05:40 (GMT +7)